Akan ada banyak sekali jenis penyakit yang muncul ketika musim hujan. Biasanya yang terjadi adalah
batuk dan
pilek.
Namun, pernahkah anda
mengenal tentang penyakit leptospirosis serta apa penyebab dari penyakit leptospirosis?
Leptospirosis merupakan sebuah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira sp. yang bisa ditularkan dari hewan ke manusia maupun sebaliknya atau biasa disebut zoonosis.
Leptospirosis juga dikenal dengan nama Demam Icterohemorrhage, Penyakit Weil, Penyakit Swineherd's, Demam persawahan atau Ricefield fever, Demam Lumpur, Demam Canicola, Jaundis berdarah serta Penyakit Stuttgart pada manusia, sedangkan pada binatang disebut penyakit kuning non-virus, penyakit air merah pada anak sapi, serta tipus anjing.
Umumnya di Indonesia, penyakit leptospirosis ini biasanya terjadi oleh adanya tikus pada saat kondisi sedang banjir.
Ketika ada banjir maka akan merubah keadaan lingkungan meliputi adanya genangan air, lingkungan menjadi berlumpur serta becek, dan juga banyak sampah-sampah yang tertimbun yang dapat mempermudah perkembang biakan bakteri Leptospira.
Air seni tikus akan ikut arus banjir yang kemudian memasuki tubuh manusia melalui permukaan kulit yang mengalami luka, selaput lendir hidung serta mata.
Selama ini tikus merupakan hewan yang dianggap membawa serta menyebarkan penyakit lemptospirosis sebab bertindak sebagai inang yang alami serta memiliki kelebihan dalam sistem reproduksi.
Sedangkan beberapa hewan yang lainnya seperti babi, kuda, domba, kambing, sapi serta anjing juga dapat terserang Leptospirosis namun potensi penularannya hanya sedikit.
Cara penularan leptospirosis bisa terjadi secara langsung dari satu penderita ke orang lain, serta secara tidak langsung yaitu melalui media.
Penularan yang terjadi secara langsung umumnya melalui kontak langsung dengan selaput lendir mata, kontak dengan luka di kulit, mulut, cairan air seni, kontak seksual dan bahkan cairan abortus atau cairan saat menggugurkan kandungan.
Sedangkan penularan dari manusia ke manusia relatif jarang terjadi.
Penularan secara tidak langsung umumnya terjadi melalui kontak fisik dengan hewan atau sebaliknya dengan berbagai macam barang yang telah tercemar air seni pengidap leptospirosis, contohnya alas di kandang hewan, makanan, minuman, tanah serta jaringan tubuh. Umumnya kasus yang sering terjadi pada manusia yaitu pada para pekerja pembersih selokan, karena selokan umumnya banyak tercemar bakteri Leptospira.
Biasanya, penularan yang terjadi lewat mulut serta tenggorokan sangat jarang sekali terjadi, sebab bakteri ini tidak dapat hidup di dalam lingkungan yang asam.
Bakteri leptospira dapat hidup pada air tawar serta tanah selama kurun waktu 1 bulan, namun dapat dibasmi dengan menggunakan cairan pembasmi kuman atau desinfektan. Umumnya bakteri leptospirosa yang banyak terdapat pada bagian dinding, bagian rumah serta lantai rumah yang rentan terkena air yang kotor ketika musim hujan.
Ketika bakteri leptospirosa masuk ke dalam tubuh melalui selaput lendir serta kulit. Maka bakteri leptospira akan memperbanyak diri di dalam darah serta jaringan tubuh. Selanjutnya akan terjadi leptospiremia , yaitu ketika adanya penimbunan bakteri leptospira di dalam darah sehingga bakteri dapat menyebar ke berbagai jaringan tubuh terutama ginjal serta hati.
Pada organ ginjal, kuman akan bermigrasi ke interstitium, tubulus renal serta tubular lumen yang dapat menyebabkan radang ginjal interstitial atau nefritis interstitial serta kematian tubuli ginjal atau necrosis tubular.
Penyakit gagal ginjal biasanya terjadi karena adanya kerusakan pada tubulus, hipovolemia karena kekurangan cairan serta adanya peningkatan permeabilitaskapiler.
Gangguan pada hati lebih berupa nekrosis sentilobular dengan proliferasi sel Kupffer.
Ketika kondisi seperti ini terjadi maka akan ada peningkatan sel-sel Kupffer do dalam organ hati. Leptospira juga mampu menyerang otot tulang yang nantinya akan menyebabkan edema, nekrosis fokal serta vakuolisasi miofibril. Hal ini terjadi karena adanya gangguan pada sistem sirkulasi otot mikro serta meningkatnya permeabilitaskapiler dapat menyebabkan adanya kebocoran cairan serta hipovolemia sirkulasi.
Gejala Umum
Leptospirosis memiliki gejala umum yang meliputi:
- Menggigil
- Demam yang tinggi,
- Sakit kepala.
- Muntah-muntah.
- Peradangan pada mata.
- Nyeri otot bagian punggung dan betis.
Jika anda mengalami gejala seperti diatas, sebaiknya anda sesegera mungkin mengkonsultasikannya kepada dokter terdekat. Bila tidak segera ditangani, penyakit leptospirosis ini dapat merusak berbagai organ vital dalam tubuh.
Sebab, bila bakterinya terkumpul di jantung anda akan mengalami gagal jantung. Jika menyerang ginjal maka anda akan diharuskan untuk terus melakukan cuci darah. Dan bila menyerang
liver maka akan menunjukkan gejala kulit menguning serta adanya pembengkakan pada liver.
Bakteri leptospira ini dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama pada organ ginjal hewan, sehingga bakteri ini akan banyak dikeluarkan melalui air seninya. Bakteri ini mampu bertahan hinga berbulan-bulan lamanya sedangkan pada manusia umumnya akan bertahan selama 2 bulan. Manusia merupakan inang yang paling akhir sehingga penularan ke sesama manusia jarang sekali terjadi.
- Cara Pencegahan Leptospirosis
Penyakit leptospirosis bisa dicegah dengan berbacag macam cara, yaitu menghindari kontak langsung dengan kotoran hewan, selalu menggunakanan alas kaki ketika ingin keluar rumah serta jangan berenang di tempat-tempat yang kotor karena mungkin saja sudah tersemar air seni tikus.
Kebiasaan yang sederhana sekali seperti mencuci tangan sebelum kontak secara langsung dengan hewan, memusnahkan tikus serta menyimban bahan makanan di tempat-tempat yang bersih juga bisa mencegah kita tidak terjangkat bakteri leptospira.
Sebenarnya, penyakit leptospirosis yang masuk dalam klasifikasi ringan dapat dibasmi dengan pemberian obat antibiotik seperti ampisilin, doksisiklin maupun amoksisillin.
Bila untuk penyakit leptospirosis tingkat parah dapat diobati dengan pemberian penisilin G, eritromisin, amoksisillin serta ampisilin.
Manusia cenderung rawan terserang leptospira sehingga manusia sudah sewajarnya untuk mewaspadai berbagai pencemaran khususnya air seni hewan apapun. Hidup sehat serta selalu menjaga kebersihan merupakan sara yang paling tepat untuk mencegah penyakit leptospirosis.
Manusia yang hobbi memelihara binatang sebaiknya selalu membersihkan tangan dan tubuh dengan menggunakan sabun antiseptik setelah melakukan kontak dengan hewan peliharaan. kandang atau lingkungan sekitar dimana hewan peliharaan anda berada.
Selain itu penting juga mewaspadai tikus sebagai hewan pembawa bakteri leptospirosis.
Memberantas hama tikus harus di galakkan. Disamping itu, para peternak sapi maupun babi juga dihimbau untuk tidak mengandangkan ternaknya terlalu dekat dengan sumber air. Kotoran binatang ternak juga perlu untuk diarahkan ke tempat pembuangan khusus sehingga tidak mencemari lingkungan serta mencemari air.